Pesawat Hipersonik Amerika Hilang di Samudera Pasifik
HTV-2 Pentagon kehilangan kontak dengan Falcon Hypersonic Technology Vehicle 2 (HTV-2), saat pesawat hipersonik ini terbang di atas Sa...
https://pojokmiliter.blogspot.com/2011/08/pesawat-hipersonik-amerika-hilang-di.html?m=0
HTV-2 |
Pentagon kehilangan kontak dengan Falcon Hypersonic Technology Vehicle 2 (HTV-2), saat pesawat hipersonik ini terbang di atas Samudera Pasifik.
Setelah berhasil diluncurkan dari pangkalan udara Vandenberg Air Force di California, HTV-2 terpisah dari Minotaurus roket IV pada ketinggian mendekati orbit dan mulai kembali ke Bumi.
Pentagon kehilangan kontak dengan pesawat hipersonik di Samudra Pasifik. Awalnya semua tampak baik sampai saat pesawat yang bernilai miliaran dollar ini mengalami putus kontak dalam tahap uji coba penerbangannya. Ketika terbang di atas Samudera Pasifik,
pesawat ini terbang dengan kecepatan 20 kali lebih cepat dari gelombang bunyi atau 13 ribu km per jam, pesawat ini memang dijadwalkan akan masuk dalam serangkaian manuver yang rumit.
"Kami telah kehilangan kontak dengan HTV-2," tegas Defense Advance Research Projects Agency (DARPA) di akun Twitter resminya.
"Kami tidak dapat melakukan pelacakan atau kontak dengan HTV-2 yang memiliki kemampuan penghentian penerbangan otomatis." tambah DARPA, seperti dikutip TG Daily, Jumat (12/8/2011).
Rencana awal pada penerbangan Falcon HTV-2 ialah terbang ke arah barat selama 30 menit sebelum nantinya mendarat dengan baik di dekat laut Atol Kwajalein, yang berjarak sekira 4ribu mil dari Vandenberg.
Sebenarnya secara teoritis pesawat tersebut mampu berpergian dari New York ke Lost Angles hanya dalam 12 menit dan dari London ke Sydney hanya memerlukan waktu kurang dari sejam.
Pentagon hanya membangun dua purwarupa Falcon dan belum bisa memastikan apakah akan membuat percobaan selanjutnya pada pesawat hipersonik yang ke tiga.
HTV-1 yang merupakan pendahulu dari HTV-2, ketika diterbangkan bulan April lalu juga sempat kehilangan kontak selama sembilan menit, ketika pesawat itu berada di atas laut. Nampaknya DARPA mengalami kesalahan yang sama pada penerbangan keduanya dan kedepannya mungkin, akan lebih fokus pada kelancaran kontak selama uji coba di udara.
Apa pendapat anda tentang artikel diatas?