Ada Aroma Politik di Balik Penolakan Tank Leopard
Sejumlah anggota Komisi I DPR menolak pembelian Tank Leopard eks Belanda. Diduga ada aroma politik dalam kasus ini, bukan hanya sekadar mas...
https://pojokmiliter.blogspot.com/2012/01/ada-aroma-politik-di-balik-penolakan.html
Sejumlah anggota Komisi I DPR menolak pembelian Tank Leopard eks Belanda. Diduga ada aroma politik dalam kasus ini, bukan hanya sekadar masalah alutsista.
"Saya menduga ada upaya menjegal KSAD Jenderal Pramono Edhie. Ini bukan sekadar teknis masalah Alutsista saja, ada kepentingan politik dari oposisi," ujar pengamat militer Aris Santoso kepada detikcom, Selasa (17/1/2011).
Aris menjelaskan sudah tradisi setiap Kepala Staf TNI AD ingin meninggalkan jejak saat kepemimpinannya. Mantan KSAD Jenderal Ryamirard Ryacudu misalnya meninggalkan jejak setelah membangun Batalyon Raider di setiap Kodam. Sementara Djoko Santoso menghidupkan kembali brigade infanteri di beberapa Kodam.
"Nah, Pramono sepertinya ingin menjadikan tank ini sebagai jejaknya kelak," tutur Aris.
Aris menduga serangan dari oposisi wajar terjadi, apalagi Pramono disebut-sebut akan diusung Partai Demokrat sebagai Capres di 2014.
"Ada upaya politik untuk mengagalkan jejak fenomenal Pramono Edhie. Padahal kan proyek ini dananya sudah ada," jelas dia.
Indonesia Butuh Monster Lapis Baja Sekelas Tank Leopard 2A6
Rencana pembelian 100 buah Tank Leopard 2A6 eks Belanda menjadi Polemik di tanah air. Namun dengan perkembangan teknologi saat ini, sudah saatnya Indonesia memiliki tank kelas berat sekelas main battle tank (MBT).
"Ini penting untuk TNI. Untuk mengejar ketinggalan Korps Kavaleri dari negara lain. Sekarang ini kan Kavaleri kita mandek hanya mengandalkan tank-tank ringan. Tidak ada pengembangan untuk mempelajari MBT," ujar pengamat militer Aris Santoso kepada detikcom, Selasa (17/1/2011).
Aris menambahkan Singapura saja yang negara metropolitan sudah punya tank kelas berat sejak tahun 1980an. Tank itu ditaruh di Taiwan, sehingga mereka berlatih di sana. Hal itu menunjukkan keseriusan Singapura untuk membangun angkatan perangnya. Demikian juga negara-negara ASEAN lain.
"Masa Indonesia tidak punya MBT," kata dia.
Mengenai kondisi geografi Indonesia yang dinilai tidak cocok bagi MBT, Aris menilai hanya bagaimana masalah taktik penggunaannya. Misalnya apakah nanti monster lapis baja ini dipakai untuk menyerang, atau bertahan, tentunya sesuai taktik. Jadi bukan sama sekali tank ini tidak bisa dipakai.
"Tank ini juga penting untuk daya getar Indonesia," katanya.
Indonesia saat ini memang hanya mengandalkan tank ringan sekelas Scorpion dan AMX 13. Tentu saja tank-tank ringan yang hanya berbobot 15-25 ton ini bukan tandingan tank kelas berat yang berbobot 50 ton keatas. Dari segi persenjataan pun jelas berbeda. Scorpion misalnya, hanya mengandalkan kanon 76 mm. Bandingkan dengan MBT yang memiliki kanon 120 mm. Demikian pula daya perusak dan proteksi lapis baja, tank ringan tentu bukan tandingan tank kelas berat.
Apa pendapat anda tentang artikel diatas?