Wawancara Sekilas Pengadaan Alutsista Bersama Wamenhan
Meski Menuai protes, ternyata pesawat pengintai tanpa awak yang dipesan tni akan didatangkan pada pertengahan 2012. pesawat ini akan diguna...
https://pojokmiliter.blogspot.com/2012/02/wawancara-sekilas-pengadaan-alutsista.html
Meski Menuai protes, ternyata pesawat pengintai tanpa awak yang dipesan tni akan didatangkan pada pertengahan 2012. pesawat ini akan digunakan untuk operasi intelijen.
Kementerian Pertahanan yang akan membeli sejumlah alat utama sistem senjata (Alutsista) menuai kontroversi.
Perdebatan misalnya mengenai pembelian tank Leopard, pesawat intai buatan Israel, heli tempur hingga soal sumber pendanaan dana yang berasal dari luar negeri.
Terakhir yang menjadi mendapat kritikan keras adalah rencana pembelian pesawat intai tanpa awak
(UAV). Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Al Muzzammil Yusuf misalnya meminta TNI membatalkan rencana pembelian pesawat intai dari Israel.
Meski menuai protes, ternyata pengadaan pesawat ini merupakan program 2004. Pesawat akan digunakan dalam operasi intelijen, dan bahkan akan segera dikirim ke Indonesia pada pertengahan 2012 ini.
“Diharapkan akan datang pada pertengahan tahun 2012,” kata Sjafrie.
Berikut wawancara M. Rizal dan Monique Shintami dari majalah detik dengan Wakil Menteri
Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin:
Bagaimana kondisi Alutsista TNI saat ini?
Sebagaimana suatu negara, Alutsista itu selalu harus dalam keadaan prima. Memang masih terdapat peralatan-peralatan militer yang diproduksi tahun 60-an. Meski demikian, pemeliharaannya masih oke, masih bisa dipergunakan.
Tetapi kalau kita bandingkan dengan perkembangan kemiliteran secara global, yang kita kenal dengan RMA (Revolution in Military Affair.red), tentu harus ada penyesuaian. Dipandang dari segi kebutuhan dan perkembangan, maka peralatan militer itu harus selalu dilakukan update.
Bagaimana proses peremajaan bagi Alutsista yang sudah tua?
Ada dua proses, yang pertama proses penghapusan, dan yang kedua proses retrovit. Sebagai contoh, kita mempunyai AMX13 tahun 50-an dengan jumlah banyak, tetapi kita mempunyai kemampuan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan dalam negeri untuk meng-upgrade, me-retrovit, sehingga menjadi Alutsista yang update dari segi kemampuan untuk mendukung doktrin dari TNI. Yang kedua, terpaksa kita hapus, artinya dimusnahkan atau dimuseumkan. Prinsipnya kita manfaatkan kembali atau kita tinggalkan sebagai nilai historis.
Apa saja yang dibutuhkan oleh setiap angkatan untuk membeli Alutsista baru?
Prinsipnya bahwa setiap angkatan sudah menganut tata cara target strategis yang disebut modernisasi. Era 2010-2014 adalah era modernisasi TNI dari aspek peralatan militer. Sehingga seluruh angkatan sekarang sedang bekerja keras untuk modernisasi peralatan militernya untuk mencapai target yang sesuai dan seimbang dengan kekuatan militer yang ada di regional dan juga sesuai dengan kebutuhan postur di TNI.
Bagaimana proses pembelian Alutsista tersebut?
Kita mempunyai pedoman pengadaan pembelian peralatan militer. Ada postur pertahanan, postur TNI. Di situlah yang menentukan peralatan yang dibutuhkan. Angkatan mengajukan kebutuhannya setelah dilakukan pengkajian dari spesifikasi teknis, doktrin, kebutuhan operasional. Setelah itu utuh, diajukan ke Mabes TNI, disinkronkan lagi bagaimana ini bisa digunakan dalam suatu operasi gabungan. Kemudian diajukan ke Kementerian Pertahanan untuk finalisasi apakah itu sudah clear atau belum dalam uji akhir yang dievaluasi dalam Tim Evaluasi Pengadaan.
Setelah itu selesai kemudian ditindaklanjuti dengan Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas untuk menyediakan pembiayaannya serta konsultasi ke DPR untuk memperoleh persetujuan politik.
Dalam rangka modernisasi, Presiden membentuk Tim High Level Comitee (HLC) yang dipimpin oleh Wamenhan, untuk mengendalikan dan mengawasi mulai dari perencanaan sampai pada pendistribusian peralatan yang sudah diproduksi oleh pabrik. Selanjutnya digunakan untuk TNI, sehingga target modernisasi ini dapat masuk pada kerangka modernisasi dalam waktu 2010 – 2014 per 1 Oktober. HLC bertugas mensinkronkan mekanisme dan prosedur agar bisa tepat waktu, tepat harga, dan tepat mutu. Di dalam HLC ada tiga skema. Satu, skema pembiayaan yang berasal dari Kementerian Keuangan, Direktur Jenderal Perencanaan, dan Direktur Jenderal Anggaran dari Kementerian Pertahanan.
Cara pengadaan ini bisa ditinjau dengan dua cara, Government to Government, ada juga Government to Business. Sumber pembiayaan ada dua macam, pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri, atau dari APBN.
Bagaimana perkembangan tank Leopard yang menuai kontroversi katanya Parlemen Belanda melarangnya?
Saat ini dalam rangka negosiasi, sudah dilakukan kegiatan koordinasi dan interaksi atas nama Kemenhan. Kesimpulannya, dari segi pemerintah Belanda, komit untuk menjual peralatan militer kepada Indonesia. Negosiasi ini akan diadakan pada pertengahan Februari. Mengingat jangka waktu 2012 hingga 2014 itu sangat singkat, maka kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, yakni kegiatan konsultasi dengan parlemen, kita laksanakan secara paralel.
Banyak protes tentang pengadaan tank Leopard. Sebenarnya apa yang menjadi kendala?
Tidak ada kendala. Orang bisa mempunyai pendapat yang berbeda. Yang penting bagaimana kita memberi penjelasan yang logis, transparan, dan memenuhi aspek-aspek taktis, teknis, maupun strategis. Dan ini sudah dilakukan oleh otoritas masing-masing. Yang pertama, kita perlu, yang kedua, keperluan ini sudah melalui proses pengkajian. Yang perlu kita lakukan adalah otoritas masing-masing harus dilakukan dengan serius dan komprehensif.
Apakah tank Leopard itu cocok dengan kondisi alam Indonesia?
Iya, sudah dilakukan pengkajian oleh penggunanya. Mereka sudah mempunyai data-data teknis mengenai kekuatan jalan di seluruh Indonesia. Dan memang yang menjadi tumpuan dari Leopard ini di Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad .red).
Nah Kostrad itu tidak ada di perbatasan, adanya di Pulau Jawa. Jadi kita akan gelar di Pulau Jawa. Dan itu sudah sesuai dengan kemampuan jalan di Pulau Jawa. Karena di Pulau Jawa itu kan ada jalan negara, ada jalan provinsi, dan ada jalan kabupaten. Jadi kita mempunyai kualitas jalan yang memenuhi berat dari tank Leopard. Semua sudah dikaji dan sesuai.
Bagaimana perkembangan kebijakan Alutsista produksi dalam negeri?
Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk memberikan peluang pada produksi dalam negeri supaya industri dalam negeri selalu bangkit dan disertai dengan pekerjaan. Hal ini merupakan kebijakan pemerintah, dilaksanakan oleh KKIP - Komite Kebijakan Industri Perdagangan, yang memberikan pemihakan kepada industri pertahanan dalam negeri. Anggaran pembiayaan Alutsista dalam negeri tahun 2010 sebesar Rp 7,3 triliun. Kemudian tahun 2011 sekitar Rp 9 triliun, tahun 2012 kurang lebih Rp 8 triliun, tahun 2013 Rp 13 triliun, dan tahun 2014 hampir sekitar Rp 27 triliun.
Apa hambatan dan kendala produk Alutsista dalam negeri?
Hambatannya kita harus mempelajari peralatan militer dengan tingkat teknologi tinggi. Saat ini kita sudah mampu pada tingkat teknologi rendah dan menengah. Untuk yang tinggi (teknologi .red), harus ada training, seperti kapal selam. Perlu diketahui, kita akan mengambil kapal selam dengan anggaran US$ 1,8 miliar. Nah dalam pembelian kapal selam itu ada klausul untuk melaksanakan transfer teknologi oleh industri pertahanan dalam negeri. Karena Hi-tech, kita bikin menjadi tiga tahap. Tahap pertama kita akan mengirim 130 orang dari PT PAL, yang nantinya akan membuat kapal selam di tahap ketiga. Tahap pertama untuk mengadakan observasi di Korea Selatan. Di kapal selam kedua, mereka sudah melakukan kegiatan teknis. Pada saat pembuatan kapal selam ketiga, mereka itulah yang akan mengoperasikan pembuatan kapal selam. Sehingga tenaga ahli yang dari Korea akan terus berkurang di setiap tahapnya.
Bagaimana dengan pembelian pesawat pengintai tanpa awak dari Israel?
Itu sebetulnya perlu klarifikasi, tidak ada masalah yang krusial. Itu adalah program 2004. Pada saat itu kita tidak punya peralatan sama sekali, hanya meminjam dari Singapura dan Malaysia. Tidak relevan, kita sebagai negara besar pinjam. Saat mau membeli teknologi, harus clear, bahwa yang kita cari adalah teknologinya bukan negaranya. Teknologi itu borderless, jadi manfaat apa yang bisa dipetik dari produk yang kita ambil.
Nah kita juga harus tertib, kita tidak bisa melakukan transaksi dari negara yang tidak punya hubungan politik. Nah itu ada solusinya, kebetulan ini adalah suatu produk hasil produksi bersama. Bahwasanya pesawat tanpa awak itu diproduksi bersama atas nama Filipina. Mesinnya dari Italia, kemudian peralatan pengintai dari multinegara, termasuk negara yang tidak ada hubungannya dengan kita. Tapi proses pengadaan sendiri clear, karena kita melakukan proses pengadaan itu berdasarkan tender.
Waktu itu ada calon dari Filipina, Belanda, dan Rusia. Nah setelah itu diadu kapabilitasnya, dan itu produsennya datang kesini, dan diuji. Rencananya diharapkan akan datang pada pertengahan tahun 2012.
Jadi kita jangan sampai terpasung oleh sesuatu yang sebetulnya tidak perlu terjadi permasalahan. Ini menggunakan fasilitas kredit ekspor tahun 2004, jumlahnya US$ 16 juta , untuk digunakan di operasi intelijen. Mempunyai jarak operasional dari jarak 250 km, dengan jam operasional 15 jam, dengan jangkauan terbang 18.000 feet. Setelah kita mengadakan verifikasi yang memiliki kemampuan dan memenuhi syarat, yaitu kolaborasi dari Italia dan beberapa negara lain, dengan kolaborator PT Kital Philipine Corp.
Apa pendapat anda tentang artikel diatas?